Teropong Pilkades Gowa: Politik "JaBe" Merusak Demokrasi Lokal Oleh:Saharuddin,SH. (Pemerhati Politik Pemerintahan Desa)
- Ridwan Umar
- 12 menit yang lalu
- 2 menit membaca

Teropong Pilkades Gowa: Politik "JaBe" Merusak Demokrasi Lokal
Oleh:Saharuddin,SH. (Pemerhati Politik Pemerintahan Desa)_
Gowa -- Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sering kali dianggap sebagai panggung demokrasi terkecil dan paling murni di negeri ini. Namun, di balik keriuhan spanduk dan janji kampanye, muncul sebuah fenomena yang kian mengkhawatirkan: *Politik JaBe*.
JaBe, atau yang kita artikan sebagai _Jargon Beli_, adalah sinonim modern dari politik uang yang terstruktur, sistematis, dan masif. Ini bukan sekadar transaksi di bawah meja, melainkan sebuah cara pandang berpolitik di mana substansi visiāmisi digantikan oleh retorika kosong dan janjiājanji yang bisa ādibeliā dengan imbalan materi.
*Ketika Suara Menjadi Komoditas*
Politik JaBe merusak tatanan demokrasi lokal di Gowa secara fundamental. Kerusakan ini nyata terlihat dalam beberapa aspek:
- *Pertama*, matinya nalar kritis pemilih. Ketika kandidat mengedepankan ājargon beliāāentah itu berupa sembako, uang tunai, atau janji proyek instanāfokus pemilih bergeser dari memilih pemimpin berintegritas menjadi memilih penawar tertinggi. Suara rakyat yang seharusnya sakral dan didasari oleh keyakinan akan program kerja, tereduksi menjadi komoditas pasar yang harganya bisa dinegosiasikan.
- *Kedua*, terciptanya pemimpin transaksional. Kepala desa yang terpilih melalui mekanisme Jargon Beli akan cenderung menjadi pemimpin transaksional. Prioritas utamanya bukanlah melayani masyarakat, melainkan mengembalikan modal kampanye yang telah digelontorkan. Hal ini membuka pintu lebar bagi penyalahgunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan praktik korupsi di tingkat desa.
- *Ketiga*, hilangnya kepercayaan publik. Praktik JaBe yang terus berulang menciptakan apatisme politik. Warga desa menjadi sinis dan menganggap bahwa semua kontestasi politik, termasuk Pilkades, hanyalah sandiwara jual beli suara. Ini adalah racun mematikan bagi partisipasi politik yang sehat dan berkelanjutan.
*Menyelamatkan Demokrasi dari āJargon Beliā*
Fenomena Politik JaBe di Pilkades Gowa adalah alarm keras bagi kita semua. Demokrasi lokal kita sedang sakit parah dan membutuhkan intervensi segera. Pemerintah daerah, Panitia Pilkades, aparat penegak hukum, dan yang terpenting, masyarakat Gowa sendiri, harus bersatu melawan praktik kotor ini.
Pendidikan politik yang massif, penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku politik uang, dan komitmen dari para calon untuk bertarung secara sehat adalah kunci untuk memulihkan tatanan demokrasi lokal kita.
Mari pastikan Pilkades Gowa ke depan bebas dari āJargon Beliā. Kita butuh pemimpin desa yang lahir dari integritas dan visi, bukan dari kekuatan modal semata.
( Mgi/Ari )






















































